faktor sosial yang mendorong lahirnya orde baru yaitu
Banyakhal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
mở khóa khi bị chặn đăng bài lên nhóm page. Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Sejarah ★ Sejarah UmumFaktor sosial yang mendorong lahirnya Orde Baru adalah…. a. Konflik fisik antara pendukung Pancasila dengan komunis b. Adanya KAMI dan KAPI c. Adanya demonstransi mahasiswa yang dikenal Tritura d. Pembentukan kabniet seratus menteri e. Merosotnya ekonomi Indonesia sebagai sistem etatismePilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Sejarah UmumLatar belakang munculnya paham pan lslamisasi pada abad ke-19 adalah …. a. banyak negara lslam yang memberikan modal perang pada sekutu b. banyak negara-negara lslam yang melakukan peperangan c. banyak negara-negara lslam yang menjadi sekutunya Amerika d. banyak negara-negara lslam yang mengalami kemunduran e. banyak negara-negara lslam tidak peduli terhadap negara lslam lainnyaCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaUlangan Sejarah SMA Kelas 12PAS Semester 2 Genap PPKn SD Kelas 1MID Semester 1 Ganjil Bahasa Inggris SMP Kelas 9Jujur dan Menepati Janji - PAI SMP Kelas 9Ulangan Harian Tema 9 Subtema 1 SD Kelas 6PAT Bahasa Indonesia SMA Kelas 11Bahasa Inggris Semester 2 Genap SD Kelas 5Otomatisasi Tata Kelola Kepegawaian - SMK Kelas 12Penilaian Harian Bahasa Inggris SMP Kelas 8Sholat - PAI SD Kelas 2 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Latar belakang Lahirnya Orde Baru Lahirnya era orde baru dilatarbelakangi oleh runtuhnya orde lama. Tepatnya pada saat runtuhnya kekuasaan Soekarno yang lalu digantikan oleh Soeharto. Salah satu penyebab yang melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan keamanan dalam negri yang tidak kondusif pada masa orde lama. Terlebih lagi karena adanya peristiwa pemberontakan G30S PKI. Hal ini menyebabkan presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan pengamanan di indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar. Kronologis lahirnya orde baru 30 September 1965 Terjadinya pemberontakan G30S PKI 11 Maret 1966 Letjen Soeharto menerima Supersemar dari presiden Soekarno untuk melakukan pengamanan 12 Maret 1966 Dengan memegang Supersemar, Soeharto mengumumkan pembubaran PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang 22 Februari 1967 Soeharto menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari presiden Soekarno 7 Maret 1967 Melalui sidang istimewa MPRS, Soeharto ditunjuka sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilu 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi presiden Indonesia kedua sekaligus menjadi masa awal mula lahirnya era orde baru. Peristiwa-Pristiwa Lahirnya Orde Baru 1. Aksi-Aksi Mahasiswa Pada Sidang paripurna cabinet Dwikora tanggal 6 Oktober 1965, presiden memutuskan bahwa penyelesaian politik Gerakan 30 September akan ditangani langsung oleh presiden. Sementara itu, tuntutanpenyelesaian seadil-adilnya terhadap para pelaku Gerakan 30 September semakin meningkat. Tuntutan itu di pelopori oleh kesatuan aksi mahasiswa KAMI, pemuda –pemudaKAPPI,dan pelajarKAPI. Kemudian muncul pula KABIburuh,KASISarjana,KAWI Wanita,dan KAGIguru. Pada tanggal 26 OKtober 1965, kesatuan-kesatuan aksi tersebut bergabung dalam satu front, yaitu FRONT PANCASILA. Mereka menyampaikan Tri Tuntutan RakyatTRITURA kepada pemerintah, yang berisi 1. Bubarkan PKI 2. Retool Kabinet DWIKORA 3. Turunkan Harga/Perbaikan Ekonomi 2. Kabinet Dwikora yang diSempurnakan Pada hari pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan tanggal 24 Februari 1966 terjadi demonstrasi besar-besaran. Dalam bentrokan di sekitar istan mahasiswa UI yang bernama Arief Racham Hakim tewas tertembak oleh Cakrabirawa, dan keesokan harinya Presiden sebagai Panglima Komando Gayang Malaysia membubarkan KAMI. Pada tanggal 8 Maret 1966 Departemen Luar Negri yang di pimpin oleh Dr. Subandrio diserang oleh pelajar dan mahasiswa. 3. Surat Perintah 11 Maret 1966 pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang dikenal dengan nama “kabinet 100 menteri“. Pada saat sidang dimulai, Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden’ Tjakrabirawa melaporkan bahwa banyak “pasukan liar” atau “pasukan tak dikenal” yang belakangan diketahui adalah Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris yang bertugas menahan orang-orang yang berada di Kabinet yang diduga terlibat G-30-S di antaranya adalah Wakil Perdana Menteri I Soebandrio. Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi AD ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir JendralAmirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Menurut Jendral purn M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul malam.. Presiden Soekarno setuju untuk itu dan dibuatlah surat perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret yang populer dikenal sebagai Supersemar yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. 4. Penyerahan Kekuasan Pada tanggal 20 February 1967 presiden menandatangani surat penyerahan kekuasaan kepada Pengemban Supersemar Jendral Soeharto. Pada kamis pukul bertempat di istana Negara dengan di saksikan oleh ketua presidium Kabinet Ampera dan para Menteri, Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI dengan resmi menyerahkan kekuasaan kepada jendral Soeharto. Pada tanggal 12 Maret 1967, Jendral Soeharto dilantik dan diambil sumpahnya sebagai Presiden RI. Dengan pelantikan Soeharto sebagai presiden tersebut, secara lagal formal pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang kemudian dinamakan Orde Lama berakhir. Pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto yang kemudian di sebut Orde Baru pun mulai menjalankan pemerintahannya. Ciri pokok orde baru Pemerintahan yang diktator tetapi aman dan damai Tindak korupsi merajalela Tidak ada kebebasan berpendapat Pancila terkesan menjadi ideologi tertutup Pertumbuhan ekonomi yang berkembang pesat Ikut sertanya militer dalam pemerintahan Adanya kesenjangan sosial yang mencolok antara orang kaya dan orang miskin Kebijakan pada masa orde baru Indonesia didaftarkan lagi menjadi anggota PBB pada bulan september 1966 Adanya perbaikan ekonomi dan pembangunan Pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran Dilaksanakannya kebijakan transmigrasi dan keluarga berencana Adanya gerakan memerangi buta huruf Dilakukannya swasembada pangan Munculnya gerakan Wajib Belajar dan gerakan Nasional Orang Tua Asuh Dibukanya kesempatan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia
Berikut ini akan dijabarkan penjelasan mengenai perkembangan masyarakat indonesia pada masa orde baru, masa orde baru, pemerintahan orde baru, lahirnya orde baru, masa pemerintahan orde baru, latar belakang lahirnya orde baru, sejarah orde baru, latar belakang munculnya orde baru, sejarah masa orde baru, latar belakang lahirnya supersemar. Usaha melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen menjadi tujuan utama pembentukan pemerintahan Orde Baru. Namun, kehati-hatian pemerintah Orde Baru terhadap bahaya komunis menyebabkan peran negara sangat besar dan mendominasi kehidupan masyarakat. 1. Pengertian Orde Baru Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Dengan demikian Surat Perintah 11 Maret Supersemar sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. 2. Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966 Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet Dwikora yang telah disempurnakan yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk mencari jalan keluar terbaik agar dapat menyelesaikan krisis yang memuncak secara bijak. Ketika sidang tengah berlangsung, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan, maka Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Waperdam II Wakil Perdana Menteri II Dr J. Laimena. Dengan helikopter, Presiden Soekarno didampingi Waperdam I, Dr Subandrio, dan Waperdam II Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun menyusul ke Bogor. Tiga perwira tinggi perumusan Supersemar Tiga orang perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Pangkopkamtib untuk minta izin akan menghadap presiden. Pada hari itu juga, tiga orang perwira tinggi sepakat untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan tujuan untuk meyakinkan kepada Presiden Soekarno bahwa ABRI khususnya AD tetap siap siaga mengatasi keadaan. Di Istana Bogor Presiden Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul Saleh serta ketiga perwira tinggi tersebut melaporkan situasi di ibukota Jakarta. Mereka juga memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan. Kemudian presiden mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia. Adapun yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa. Surat itulah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar. 3. Tindak Lanjut Supersemar Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, yaitu sebagai berikut. a. Tanggal 12 Maret 1966, dikeluarkanlah surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan PKI beserta ormas-ormasnya yang bernaung dan berlindung atau senada dengannya, beraktivitas dan hidup di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS tangal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat karena merupakan salah satu realisasi dari Tritura. b. Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan etika baiknya yang dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5 Tanggal 18 Maret 1966. c. Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh-tokoh yang duduk di dalam kabinet ini adalah mereka yang jelas tidak terlibat dalam G 30 S/PKI. d. Membersihkan lembaga legislatif dimulai dari tokoh-tokoh pimpinan MPRS dan DPRGR yang diduga terlibat G 30 S/PKI. Sebagai tindak lanjut kemudian dibentuk pimpinan DPRGR dan MPRS yang baru. Pimpinan DPRGR baru memberhentikan 62 orang anggota DPRGR yang mewakili PKI dan ormas-ormasnya. e. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan dari unsur-unsur G 30 S/PKI. Seperti halnya dengan DPRGR, keanggotaan PKI dalam MPRS dinyatakan gugur. Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan. Pengamanan Menteri-Menteri Kabinet Dwikora Mayjen. Soeharto selaku pengemban Supersemar mengambil tindakan dengan “pengamanan” terhadap sejumlah Menteri Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam G 30 S/PKI, yaitu sebagai berikut Dr. Subandrio Wakil PM I, Menteri Departemen Luar Negeri, Menteri Luar Negeri/Hubungan Ekonomi Luar Negeri. Dr. Chaerul Saleh Wakil PM III, Ketua MPRS. Ir. Setiadi Reksoprodjo Menteri Urusan Listrik dan Ketenagaan. Sumardjan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan. Oei Tju Tat, Menteri Negara diperbantukan kepada presidium kabinet. Ir. Surachman Menteri Pengairan dan Pembangunan Desa. Jusuf Muda Dalam Menteri Urusan Bank Sentral, Gubernur Bank Negara Indonesia. Armunanto Menteri Pertambangan. Sutomo Martopradoto Menteri Perburuhan. A. Astrawinata, Menteri Kehakiman. Mayjen. Achmadi Menteri Penerangan di bawah presidium kabinet. Drs. Moh. Achadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi. Letkol. Imam Sjafei Menteri Khusus Urusan Pengamanan. Tumakaka Menteri/Sekretaris Jenderal Front Nasional. Mayjen. Dr. Soemarno Menteri/Gubernur Jakarta Raya Tanggal 20 Juni sampai 5 Juli 1966 diadakan Sidang Umum IV MPRS dengan hasil sebagai berikut. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966 mengatur Kedudukan Lembaga- Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera. Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Tap. MPRS yang Bertentangan dengan UUD 1945. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Pernyataan PKI dan Ormas-Ormasnya sebagai Organisasi Terlarang di Indonesia. Dengan berakhirnya Sidang Umum IV MPRS, berarti landasan awal Orde Baru berhasil ditegakkan. Demikian pula dua dari tiga tuntutan rakyat Tritura telah dipenuhi, yaitu pembubaran PKI dan pembersihan kabinet dari unsur-unsur PKI. Sementara itu, tuntutan ketiga, yaitu penurunan harga yang berarti perbaikan bidang ekonomi belum diwujudkan. Hal itu terjadi karena syarat mewujudkannya perlu dilakukan dengan pembangunan secara terus-menerus dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pelaksanaan pembangunan agar lancar dan mencapai hasil maksimal memerlukan stabilitas nasional. Pelurusan lembaga legislatif dan eksekutif pasca-Supersemar Pelurusan lembaga legislatif dan eksekutif oleh pengemban Supersemar meliputi hal-hal berikut ini. Pimpinan DPRGR tidak diberi kedudukan sebagai menteri, sebab DPRGR adalah lembaga legislatif, sedangkan menteri adalah jabatan dalam lembaga eksekutif. Kedudukan presiden dikembalikan sesuai dengan UUD 1945 yakni di bawah MPRS bukan sebaliknya.
Halo, Squad! Ada yang pernah dengar tentang orde baru? Atau ada yang sudah pernah baca tentang orde baru sebelumnya? Tahukah kamu awal lahirnya orde baru? Yuk, sekarang kita bahas lebih lanjut tentang sejarah kelahiran masa orde baru! Tahukah kamu, setelah peristiwa G30S 1965, keadaan politik Indonesia menjadi kacau. Rakyat Indonesia sempat memprotes tindakan PKI yang mengakibatkan munculnya demonstrasi besar-besaran oleh kelompok mahasiswa. Pada tanggal 10 Januari 1966, demontrasi yang dipimpin oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia KAMI di Universitas Indonesia menyampaikan Tiga Tuntutan Rakyat Tritura. Apa saja sih isinya? Setelah dicetuskannya tritura, kembali terjadi demonstrasi yang dipelopori oleh Front Pancasila. Mereka mendatangi DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966. Presiden Soekarno, mencoba menanggapi salah satu tuntutan yang tercantum dalam trikora, yaitu perubahan Kabinet Dwikora. Meskipun demikian, masyarakat kembali melakukan demonstrasi karena kabinet baru yang terbentuk masih dianggap tidak efisien. Dalam demonstrasi tersebut, salah seorang demonstran gugur tertembak yaitu Arief Rahman Hakim. Dengan gugurnya Arief Rahman Hakim, rakyat semakin menentang Presiden Soekarno. Baca Juga Kerugian Indonesia pada Perjanjian Renville Karena keadaan yang semakin tidak terkendali, Presiden Soekarno memberi mandat kepada Letjen Soeharto untuk mengamankan situasi negara dengan mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar. Kemudian Letjen Soeharto mengambil dua angkah penting pasca dikeluarkannya Supersemar. Kedua langkah tersebut merupakan upaya memenuhi Tritura dan sebagai tanda lahirnya Orde Baru. Langkah-langkah apa saja, sih? Kuy, simak! Squad, bagaimana? Semoga kamu bisa lebih memahami tentang orde baru setelah membaca artikel ini, ya. Jangan lupa untuk terus belajar supaya prestasimu di sekolah makin kece ya, Squad! Supaya belajarnya makin seru, yuk belajar pakai Ruangguru On-The-Go! Wah, apa tuh? Kini, kamu bisa menonton video belajar semi offline dalam bentuk USB. Tinggal colok di HP-mu, dan taa daa kamu bisa nonton video belajar bebas kuota, lho! Psst.. pastikan HP-mu android dengan min. OS Kit Kat dan keluaran tahun 2015, ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya dan jangan lupa belajar pakai Ruangguru On-The-Go! ya!
Masa orde baru berlangsung selama 32 tahun menyebabkan Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat di berbagai bidang. Apa saja faktor penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru orba? Orde baru merupakan tata pemerintahan di Indonesia dengan sistem baru. Orde baru berlangsung sejak tanggal 11 Maret 1966 hingga 20 Mei 1998. Masa orde baru berlangsung selama 32 tahun menyebabkan Indonesia tumbuh dan berkembang sangat pesat di berbagai bidang. Indonesia mengalami kemajuan mulai dari bidang ekonomi, pembangunan, politik, hingga pendidikan. Meski pada masa pemerintahan orde baru Indonesia mengalami masa kejayaan, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem pemerintahan ini mengalami kemunduran, lo. Untuk mengetahui faktor penyebab kemunduran pemerintahan pada masa orde baru, simak informasi di bawah ini, ya. Faktor Penyebab Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru 1. Penyimpangan UUD 1945 Tahukah kamu? Salah satu faktor penyebab runtuhnya pemerintahan orde baru ialah penyimpangan UUD 1945. Menurut UUD 1945 sistem perekonomian yang dijalankan dengan asan demokrasi ekonomu namun kenyataannya terjadi monopoli ekonomi. Nah, dengan kata lain sistem perkonomian yang dijalankan di Indonesia merupakan sistem kapitalis. Baca Juga 5 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Pancasila pada Masa Orde Baru dan Bentuk Penyimpangannya Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
faktor sosial yang mendorong lahirnya orde baru yaitu