ekspor ke negara mana saja hasil olahan kayu dan rotan
Temanggung MediaCenter - Setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19, permintaan ekspor kayu olahan dari sejumlah perusahaan perkayuan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mulai meningkat. Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker) Kabupaten Temanggung, Agus Sarwono Rabu (21/4/2021) mengatakan, perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan di Temanggung sekarang mulai membaik
Nilaiekspor ini disumbang dari ekspor produk furnitur rotan sebesar US$ 118,53 juta dan anyaman rotan sebesar US$ 39,25 juta. Total ekspor rotan pada 2011 mencapai US$ 100 juta. Peningkatan ekspor produk rotan ini disebabkan oleh penurunan produksi furnitur rotan Cina karena negara tersebut tidak lagi memiliki bahan baku. "Beberapa negara
Jakarta- Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor industri furnitur berbasis kayu menghasilkan US$3 miliar sepanjang tahun ini atau tumbuh dua kali lipat tahun lalu, meski pergesaran minat pasar dan kesulitan bahan baku terus menghambat pertumbuhan. Menteri Perindustrian M. S. Hidayat menyatakan pemerintah siap mendukung industri olahan
Padapenyelenggaraannya kali ini, HOMI 2021 menampilkan 300 peserta yang berasal dari 22 negara. Baca Juga: Produk Kerajinan Kayu, Bambu dan Rotan Indonesia Laris Manis di Italia. Unjuk Gigi di AS, Potensi Transaksi Produk Rotan dan Kayu Jati RI Capai Rp20 Miliar. Keikutsertaan Indonesia di HOMI 2021 yang berlangsung pada 5—8 September 2021
Produkekspor Indonesia meliputi hasil produk pertanian, hasil hutan, hasil perikanan, hasil pertambangan, hasil industri dan begitupun juga jasa. a. Hasil Pertanian Contoh karet, kopi kelapa sawit, cengkeh,teh,lada,kina,tembakau dan cokelat. b. Hasil Hutan Contoh kayu dan rotan. Ekspor kayu atau rotan tidak boleh dalam bentuk kayu gelondongan
mở khóa khi bị chặn đăng bài lên nhóm page. Para pekerja sedang membut peti mati rotan di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut, Indonesia adalah produsen rotan terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Vietnam. Bahkan pada periode Januari-Agustus 2020, ekspor produk rotan Indonesia mencapai 357,17 juta dolar AS atau setara Rp5,1 triliun kurs per dolar AS."Nilai ekspor produk rotan Januari hingga Agustus 2020 sebesar 357,16 juta dolar AS atau naik 4,35 persen dibanding tahun lalu. Bahkan tren ekspor 2015-2019 mengalami kenaikan 2,11 persen," kata Agus dalam acara Pelepasan Konvoi Ekspor Furniture Rotan dan Konpres TEI Virtual Exhibition 2020, Kamis 5/11/2020. Baca Juga Duka Membawa Devisa, Peti Mati Rotan Laris Manis di Eropa 1. Target ekspor rotan Cirebon naik dua kali lipatPekerja di sentra industri rotan sedang finishing peti mati rotan produksi Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, pada 2019 tercatat ekspor di Cirebon mencapai kontainer. Di mana 64,1 persennya adalah produk rotan dengan nilai seluruh ekspor dolar AS atau 42,8 persen atau nilai ekspornya adalah besarnya potensi tersebut, Agus menargetkan agar ekspor rotan khususnya di wilayah Cirebon bisa naik hingga dua kali lipat pada tahun depan."Saya juga tadi mendorong peningkatan pelaku usaha rotan di Cirebon ini supaya dua kali lipat tahun depan, dengan bantuan permodalan dari bank untuk pengembangan ekspor Indonesia ini," ujar Tahun ini rotan Cirebon di ekspor ke 10 negaraPeti mati dari rotan produksi perajin di Desa Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah. IDNTimes/Larasati Rey Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kasan mengatakan, pemerintah melepas lima kontainer produk rotan dari 40 kontainer yang ada. Ekspor di Cirebon pada tahun ini diwakili 3 eksportir furniture. Terpilihanya 3 eksportir tersebut karena mereka mempunyai konsep yang berkelanjutan dan sesuai standar nasional dan negara tujuan ekspor kali ini tidak hanya ke pasar tradisional seperti AS, tapi juga termasuk Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Korea Selatan, Denmark, dan Strategi pemerintah genjot eksporMenteri Perdagangan RI, Agus Suparmanto saat kegiatan peresmian Pasar Gentan, Sleman pada Kamis 2/7. IDN Times/Siti UmaiyahAda sejumlah strategi yang dilakukan pemerintah dalam menggenjot ekspor, khususnya bagi produk rotan. Fokus produk ekspor, khususnya rotan yang berkelanjutan, dengan fokus ekspor ke pasar non-tradisional selain mempertahankan pasar tradisional. Relaksasi ekspor dan impor untuk percepatan ekspor. Mempermudah dan mempercepat pelayanan surat keterangan asal, termasuk peningkatan fasilitasi perdagangan dalam memproses perizinan ekspor-impor, serta pelayanan nasional logistik ekosistem. Pelatihan bagi calon eksportir baru melalui pelatihan dan pendampingan export coaching program. Optimalisasi regulasi dan implementasi serta platform digital termasuk pengguna media sosial untuk promosi produk ekspor. Meningkatkan penyediaan trade financing melalui kerja sama perbankan dan lembaga keuangan nonbank seperti LPEI bagi eksportir UKM. Peningkatan akses pasar melalui promosi ekspor, business matching, dan pameran dagang internasional, baik secara online maupun offline, seperti Trade Expo Indonesia yang akan diadakan 10-16 November 2020 secara virtual. Penyelesaian perjanjian perundingan dan optimalisasi perjanjian perdagangan yang sudah ada serta penguatan perwakilan perdagangan di luar negeri dalam menjaring pembeli, penyelesaian hambatan perdagangan, serta optimalisasi kebijakan imbal dagang. Peningkatan daya saing dan pengembangan produk ekspor melalui program unggulan Indonesia Design Development Center serta pendampingan sertifikasi produk oriented ekspor yang berstandar internasional. Baca Juga Ekspor Daging Rajungan Tidak Goyah saat COVID-19, Bisa Cetak Transaksi Rp755 M
1. setau saya ini negaranya untuk olahan rotan Jerman, Israel, Malaysia, Rusia, Turki, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Finlandia2. Kalau olahan kayu negara tujuannya adalah China, Jepang, USA, Uni Eropa, Koreasemoga bisa membantu
JAKARTA - Peningkatan ekspor produk kayu olahan ke Jepang dinilai masih dapat ditingkatkan. Pasalnya, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat di pasar Jepang untuk produk kayu dan menempati posisi eksportir terbesar kedua setelah Cina. Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Tokyo, Tri Purnajaya, mengatakan, Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini telah memukul perdagangan dan perekonomian hampir di semua Negara, tidak terkecuali Japang dan Indonesia. Karena itu, peningkatan ekspor sektor usaha kehutanan tentunya akan berperan penting dalam pemulihan ekonomi nasional pasca Covid-19. Tri mengatakan, KBRI Tokyo siap bermitra untuk mendukung peningkatan ekspor produk kayu olahan Indonesia khususnya plywood ke Jepang melalui peningkatan teknologi dan diversifikasi produk. “Kebutuhan akan kayu lapis yang tinggi di Jepang telah menjadikan Jepang sebagai mitra strategis Indonesia di bidang kehutanan," katanya dalam keterangan resmi, Jumat 11/9. Ia menyampaikan bahwa total ekspor komoditas kehutanan Indonesia ke Jepang pada tahun 2019 mencapai 1,55 miliar dolar As. Di mana, Indonesia termasuk 5 besar pemasok kayu terbesar ke Jepang, khususnya untuk HS 44 komoditas kayu dan olahan kayu dengan market share 8,21 persen. Namun demikian, pandemi yang melanda dunia saat ini tidak dapat dipungkiri telah memukul perdagangan dunia dan menghadirkan tantangan tersendiri. Tercatat, impor komoditas kayu dan olahannya dari Indonesia ke Jepang per Semester I 2020 mengalami penurunan sebesar 4,34 persen atau mencapai 20,38 juta dolar AS. “Penurunan nilai perdagangan kayu ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia saja, namun juga oleh negara pengekspor kayu lainnya seperti RRT, Kanada, Filipina dan juga Malaysia," ungkapnya. Kendati demikian, pihaknya optimis seiring demand di Jepang yang masih tinggi untuk produk kayu dan olahannya, nilai perdagangan kayu Indonesia dan Jepang dapat meningkat lagi ke depannya. “Masih terdapat sejumlah produk plywood yang meningkat permintaannya di Jepang, selain itu juga produk-produk kehutanan Indonesia lainnya pun berpeluang sangat besar masuk ke pasar Jepang seperti furniture, kertas dan kertas karton serta pulp dari kayu," kata dia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia APHI sekaligus Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia FKMPI, Indroyono Soesilo menyampaikan bahwa akibat pandemi, ekspor produk kehutanan Indonesia ke Jepang mengalami penurunan. “Ekspor produk kehutanan kita ke Jepang periode Januari – Agustus 2020 sebesar 785 juta dolar AS, artinya terjadi penurunan sebesar 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 882 juta dolar AS,” ungkap Indroyono. Lebih lanjut Indroyono menegaskan bahwa sebetulnya ekspor kayu Indonesia ke Jepang sudah hampir rebound pada bulan April yang lalu dimana penurunan ekspor kita sudah tinggal persen. Namun, bulan Mei kembali menurun, dan Juli ke Agustus menurun tajam. Perwakilan Asosiasi Panel Kayu Indonesia Apkindo, Handjaja menyampaikan, Indonesia adalah eksportir kayu lapis nomor dua terbesar di Dunia setelah China, dengan nilai ekspor kayu lapis keseluruh Dunia mencapai 1,7 miliar dolar AS di tahun 2019, dimana devisa sebesar 635 juta dolar AS diperoleh dari ekspor ke Jepang. Di Jepang sendiri, produk kayu lapis Indonesia harus bersaing dengan Produk impor yang datang dari Tiongkok, Malaysia dan Filipina. “Plywood kita mendapatkan tempat khusus di pasar Jepang, mengingat plywood kita memenuhi kualitas yang dipersyaratkan JAS Factory, selain itu juga plywood kita mempunyai nilai lebih karena memiliki sertifikat legalitas kayu SVLK dimana bahan bakunya berasal dari hutan yang dikelola secara lestari” ujar Handjaya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Importir kayu Jepang JLIA, Kiyotaka Okada, mengatakan, ada peluang Indonesia mengingat ekspor kayu lapis dari Malaysia dan Filipina ke Jepang cenderung menurun karena negara-negara tadi kesulitan bahan baku. Dalam hal ini, para pengusaha kayu lapis Indonesia mengharapkan kiranya kebijakan impor mesin tidak baru untuk industri kayu lapis, yang tengah disiapkan Pemerintah, dapat segera terbit sehingga dapat membalikan ekspor produk kayu lapis Indonesia kearah yang positif.
› Ekonomi›Permintaan Ekspor Furnitur... Permintaan terhadap furnitur rotan terus meningkat. Namun, kelangkaan bahan baku menghambat pengembangan industri tersebut. KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI Suasana diskusi kelompok terarah oleh HIMKI di Lawangabang, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa 1/12/2020. Dalam diskusi itu, para pelaku usaha mengeluhkan kelangkaan bahan baku KOMPAS – Di tengah meningkatnya permintaan ekspor furnitur rotan, pelaku industri kesulitan mendapatkan bahan baku rotan. Akibatnya, perusahaan terpaksa menolak order dan produksi terhambat. Pemerintah didesak segera menuntaskan persoalan klasik diskusi kelompok terarah oleh Himpunan Industri Mebel dan Kerajian Indonesia HIMKI di Lawangabang, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa 1/12/2020, para pelaku usaha mengeluhkan kelangkaan bahan baku rotan yang terjadi hampir setiap tahun dan semakin parah dalam empat bulan terakhir. Padahal, permintaan terhadap furnitur rotan menunjukkan tren positif. Reynaldi dari PT House of Rattan mengatakan, ketika pandemi Covid-19 menyerang awal tahun, orderan untuk furnitur rotan anjlok hingga 20 persen. Namun, setelah Mei, permintaan dari pembeli di luar negeri meningkat Juga Ekspor Mebel Terkendala Bahan Baku“Peningkatannya bisa 100 sampai 150 persen dibandingkan tahun lalu. Namun, karena kesulitan bahan baku, kami tidak menerima order itu,” katanya. Pihaknya menargetkan mengekspor furnitur sebanyak 15 kontainer per pekan. Namun, ia hanya mampu mengirim 3 FIKRI ASHRI Perajin rotan membuat produk rotan di PT House of Rattan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis 2/8/2018. Sejumlah persoalan masih menyelimuti industri rotan, seperti kesulitan bahan baku dan regulasi pemerintah yang dinilai HIMKI Satori mengatakan, kelangkaan bahan baku dirasakan hampir seluruh pelaku usaha furnitur rotan. Namun, pihaknya masih mendata kebutuhan bahan baku rotan. Di Cirebon dan sekitarnya saja, katanya, butuh sekitar ton rotan per menduga, kelangkaan bahan baku karena penyelundupan rotan ke luar negeri. Sejumlah negara yang tidak memiliki hutan rotan, misalnya, tetap mampu mengekspor furnitur sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2012 tentang Barang Dilarang Ekspor, rotan asalan tidak boleh diekspor. Apalagi, sekitar 80 persen jenis rotan dunia ada di FIKRI ASHRI Presidium HIMKI Satori saat diwawancarai di Cirebon, Jawa Barat, Senin 1/12/2020.Di sisi lain, pelaku usaha di luar negeri mengincar rotan Indonesia dengan menawarkan harga lebih tinggi dan pembelian secara berkelanjutan. “Harga rotan di Cirebon, saat ini berkisar Rp sampai Rp Itu barangnya enggak ada. Padahal, sebelumnya Rp – Rp mengklaim, pengusaha di Cirebon bukan penentu harga karena rantai perdagangan rotan panjang. Di tingkat petani, harga rotan bisa di bawah Rp per kg. Setelah dari petani, rotan dibawa ke pengepul kecil lalu pengepul besar, pedagang antar pulau, pengepul, hingga industri di dugaan penyelundupan, kelangkaan bahan baku juga dipicu pembelian jenis dan ukruan rotan yang dugaan penyelundupan, kelangkaan bahan baku juga dipicu pembelian jenis dan ukruan rotan yang terbatas. Padahal, petani memanen rotan dengan ukuran beragam. Penyebab lainnya adalah bencana banjir di hutan, penghasilan dari pertambangan dan sawit yang lebih besar, hingga ancaman keamanan karena keberadaan teroris di hutan Sulawesi Fikri Ashri Produk olahan rotan dipajang di pabrik PT Aida Rattan Industry Vivere Group di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin 14/11/2017. Dalam catatan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia HIMKI, total ekspor mebel Indonesia pada 2015 sekitar 2 miliar dollar AS, atau masih di bawah ekspor Vietnam sebesar 6,8 miliar dollar AS. Padahal, Indonesia memiliki bahan baku rotan terbanyak di dunia, yakni 80 kelangkaan bahan baku, operasional pabrik rotan terganggu. Sejumlah pabrik, misalnya, hanya membuat kerangka mebel, bukan furnitur secara utuh. Jumlah tenaga kerja pun terancam bahan baku di tengah pandemi Covid-19 turut mengurangi produksi dan ekspor furnitur rotan. Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor furnitur rotan pada Januari – Mei 2020 sekitar 37,6 juta dollar AS. Pada 2019, nilai ekspornya tercatat 81,3 juta dollar AS.“Tahun depan diperkirakan ada permintaan ekspor yang drastis setelah tahun ini permintaan turun. Permintaan dari AS saja bisa naik 6,5 sampai 8 persen nanti,” kata Ketua Presidium HIMKI Abdul FIKRI ASHRI Sejumlah produk rotan dipamerkan dalam Cirebon Rattan Expo di CSB Mall, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu 28/8/2019. Pameran produk rotan tersebut untuk meningkatkan industri rotan, terutama pasar domestik. Namun, industri rotan di Cirebon masih mengalami masalah kekurangan bahan sebabnya, pihaknya mendesak pemerintah mencari solusi atas masalah klasik kelangkaan bahan baku. Selain memastikan tidak ada penyelundupan rotan, HIMKI mendorong pemerintah membuat badan urusan logistik rotan yang menghubungkan sektor hulu dan hilir serta menjamin ketersediaan bahan Industri Kayu dan Rotan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Mediarman mengatakan, pihaknya tengah mengumpulkan data kebutuhan bahan baku dan produksi rotan untuk mengatasi masalah kelangkaan bahan baku. “Larangan ekspor bahan baku akan kami pertahankan,” Juga Cirebon Minta Penyelundupan Rotan Dihilangkan
BANDUNG—Bisnis PT Indah Karya kembali menggeliat setelah sebelumnya terdampak efek pandemi yang salah satu usahanya di bidang material bangunan plywood sudah melakukan ekspor perdana plywood di era new normal pada 3 September 2020 saat ini perusahaan terus melakukan ekspor ke negara lainnya selain Malaysia dan Singapura. Bahkan pada pekan ini perusahaan mengarahkan tujuan ekspor ke Taiwan bersama Mitra KSO Buana Kassiti Group.“Hari Jumat kemarin dan Sabtu ini kami mengirimkan lagi untuk yang keempat dan kelima kalinya ke negara tujuan. Untukbulan depan order juga sudah penuh,” ujar Direktur Utama PT Indah Karya Nel Adianto, Minggu 20/9/2020 dalam keterangan resmi. Tak hanya itu, kata Nel, perusahaan dengan pola skema kerja sama kemitraan bagi hasil atau dalam bentuk yang lebih ditingkatkan, terus berupaya melanjutkan langkah-langkah untuk membantu Pemerintah dalam menggerakkan geliat perekonomian. Salah satu diantaranya adalah lewat rencana ekspor wood pellet di akhir Oktober 2020 ini dengan rencana penjualan ekspor Rp40-50 miliar per tahun.“Wood pellet adalah salah satu EBT Energi Baru Terbarukan yang dihasilkan dari limbah kayu olahan dari produksi plywood dan dari kayu buangan/sisa dari masyarakat lainnya yang diolah menghasilkan serbuk yang telah dipadatkan, sehingga menghasilkan kalori tertentu. Biasanya bahan wood pellet digunakan sebagai alternatif pengganti batubara,”kata dia. Untuk membangun industri wood pellet ini, jelas Nel, pihaknyadiilhami dari konsep supaya tidak ada limbah yang terbuang percuma. Selama ini pihaknya memproduksi plywood yang menghasilkan limbah yang terbuang begitu itu limbah yang sama pun berasal dari masyarakat. Sayangnya tidak ada nilai tambah sehingga mereka melakukan studi pengelolaan limbah plywood menjadi wood pellet yang mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi bisa diekspor.“Saat ini langkah untuk rencana tersebut sedang disiapkan, dimana pabrik wood pellet yang berkapasitas 2500 MT metrik ton/bulan, berlokasi di kawasan Industri di Bondowoso sedang melakukan pembenahan dan melakukan peng-install-an mesin-mesin produksi, agar bulan depan diharapkan dapat dilakukan uji produksi commissioning dalam waktu dekat,” ucap rencana penjualan wood pellet sesuai dengan market yang ada akan diarahkan ke Korea dan Kanada, namun tidak menutup kemungkinan ke pasar negara lainnya.“Pangsa pasar wood pellet ini cukup terbuka, sudah banyak peminat yang menyampaikannya pada kami. Namun kalau kitakaitkan dengan program pemerintah, kita lebih memilihekspor,” mengatakan, untuk ekspor perdana buat wood pellet iniditargetkan di akhir Oktober 2020 dengan jumlah1-2 kontainer ke negara tujuan.“Mudah-mudahan tidak ada kendala. Kami persiapkan saat ini, termasuk pengujian standar kalori yang dihasilkan itu pun sudah lolos,”ujar dalam upaya yang berkelanjutan, dalam waktu dekat yaitu Oktober 2020, PT Indah Karya akan kembali melanjutkan penyelesaian Wind Turbine yang juga berada di lokasi kawasan industri di Bondowoso Indah Plywood BIP.Pengoperasian wind turbine segera dilakukan agar semuanya mampu berintegrasi menjadi kawasan industri yang membentuk rantai pasok supply chain khususnya terkait supply energy bagi pabrik-pabrik yang dimiliki kedepan kawasan industri BIP menjadi kawasan yang berwawasan lingkungan dan mengusung konsep Green ramah lingkungan dan Energy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini BUMN
ekspor ke negara mana saja hasil olahan kayu dan rotan